Selasa, 12 Mei 2015

Menikah Muda Itu...


Menikah muda itu...
Penuh tantangan bagi yang haus pengalaman
Penuh rintangan bagi yang mencari kedewasaan
Penuh halangan bagi yang mengharap halalnya hubungan
Juga penuh cobaan bagi yang mengejar keselamatan 

Namun menikah muda itu...
Menentramkan hati di saat seusianya terbelit dosa
Mendamaikan diri di saat sepermainannya terlilit aib keluarga
Menjaga nurani di saat kawan-kawannya memilih ketidakhalalan cinta
Menghindari fitnah dan dengki di saat yang lain enggan berusaha

Karena itu, saudaraku...
Persiapkan dirimu untuk menikah muda sejak dini
Persiapkan kalbumu menghadapi peliknya rumah tangga sejak kini
Agar anakmu tak terlalu malu dan resah
Melihat orang tuanya yang terlalu senja mendatangi rapat sekolah

-0-

Selasa, 05 Mei 2015

Kalau Jodoh Pasti Bertamu




Saat seorang pria memandangi mereka di atas pelaminan
Ah, bukan kecantikan wajah seperti itu yang dia cari
Bukan keelokan paras seperti itu yang dia kagumi
Melainkan apa yang telah mereka alami dan mereka lalui
Ijab qabul dan telah disahkannya pernikahan
Yang membuat mereka semakin bersinar untuk hidup berdampingan
Hingga menggelitik hati para tetamu yang masih terkukung kesendirian,
"Lalu waktuku kapan?"

Saat seorang wanita memandangi mereka di atas menjadi raja dan ratu sesaat
Ah, sebahagia itukah aku setelah menjalani akad
Bersenda gurau dengan tamu dan para sahabat
Menerima berbagai ucapan selamat
Bahkan mungkin tertempel amplop saat tanganku mereka jabat
Tapi, kapan status ibadah seperti itu melekat
Pada diri yang entah hingga kapan dicap "nikahnya telat"?

Sang pria dan sang wanita yang semula tampak sempurna
Mendadak menjadi pribadi yang tak berguna
Tak berguna manakala mereka sadar mereka tak akan mampu hidup sendiri
Tak berguna manakala tak ada kekasih halal yang bersedia mengiringi

Hingga mereka menyadari
Kesendirian harus diakhiri
Diakhiri tapi bukan menuruti nasehat para tetua yang berambisi
"Jodoh pasti bertemu!"
Melainkan untuk membuktikan bahwa bertemu saja belum cukup untuk jadi jodoh
Karena jodoh itu pasti bertamu, bukan sekedar bertemu

Selasa, 28 April 2015

Let's Compare: Ayo Nikah dan Jangan Nikah!

Assalaamu'alaikum, sahabat. Gimana kabarnya hari ini? Semoga semakin bahagia dengan harapan semakin dekat dengan jodohnya ya. Buat yang udah berjodoh, selamat, selamaaaaatttt!! :)

Today, kita akan bandingin bentar tentang trend yang kita manfaatkan pake situsnya Google Trends. Di situs itu, yang kita bandingin adalah kata "ayo nikah" dan "jangan nikah". Pertama, kita lihat hasilnya untuk yang "ayo nikah". Pada gambar di bawah ini kelihatan banget tuh trend untuk pencarian "ayo nikah" mengalami titik puncaknya pada tahun 2013, tepatnya pada bulan Mei. Sekarang kita lirik 'lawan mainnya', yaitu "jangan nikah".


Untuk kata kunci "jangan nikah", kita temui titik puncak tertingginya pada tahun 2015, tepatnya bulan Februari. Bahkan khusus di bulan ini, pencarian "jangan nikah" lebih tinggi daripada pencarian rivalnya, yaitu "ayo nikah". Coba lihat gambar di bawah ini!


Dari dua gambar di atas, jelas gak bisa dibandingkan jika hanya berupa gambar yang terpisah. Coba kita gabungkan bagaimana jadinya ketika "ayo nikah" dan "jangan nikah"!


Nah, ketemu kan? Berarti minat citizen dalam mencari "ayo nikah" dan "jangan nikah" jelas lebih tinggi yang pertama. Walaupun kurva pencarian "ayo nikah" (berwarna biru) berakhir dengan penurunan dan kurva pencarian "jangan nikah" cenderung sebaliknya, tapi minat akhir pada kedua pencarian tetap lebih mengunggulkan "ayo nikah".

Apa artinya ini?

Ini berarti masyarakat sedang galak-galaknya mencari seseorang untuk menikah, atau mengajak orang lain untuk melaksanakan perintah agamanya. Bagi kita, orang Islam, jelas udah ada nasehatnya. Bahwa menikah itu menyempurnakan setengah agama. Bahwa menikah itu merupakan sikap hidup yang ditempuh Rasulullah. Bahwa menikah itu adalah ajaran Islam yang menghindarkan pemeluknya dari zina. Dengan pendekatan ajaran Islam yang seperti ini, kita, muslim, yang sudah mampu menikah tidak juga segera menikah hanya gara-gara tidak ada calon, tidak ada waktu, atau bahkan yang lebih parah, tidak ada keinginan untuk menikah, jelas ditentang kuat-kuat, tidak hanya oleh agama, tapi juga oleh Google. Padahal mana kita tahu Google itu agamanya apa. :)

Sudah, sudah, pokoknya, ayo nikah! Wassalaamu'alaikum. ^_^

Rabu, 22 April 2015

Kami Butuh yang Seperti Rasulullah



Assalamu’alaikum…
Saudaraku, sesama muslim, tidakkah kalian tahu bahwa kami, para wanita, ingin menjadi pribadi yang kuat? Tapi keinginan itu seringkali runtuh manakala kami harus dihadapkan pada tiga kata ini: CINTA SEBELUM MENIKAH. Ketahuilah, bahwasanya kami ingin menjadi seperti mereka yang luar biasa menghadapi gejolak jiwa. Bunda Maryam, misalnya. Kami ingin menjadi seperti beliau, hanya mengabdi kepada Allah. Namun apa dikata, Allah memperkenalkan kami pada kalian, lawan jenis kami. Dan sungguh, hanya Allah yang bisa menganugerahkan tiga kata tadi masuk ke dalam hati kami. Kadang kami bimbang, hendak menerimanya sebagai berkah ataukah sebagai musibah. Jika sebagai berkah, kami takut rasa cinta kami kepadaNya terkalahkan oleh perasaan ini. Jika sebagai musibah, setega itukah kami menyebut pemberiannya sebagai musibah?
Sesungguhnya kami berharap semoga kami hanya mencintai siapapun yang menjadi suami kami. Kami juga berharap semoga kami dipantaskan mendapat pendamping yang shalih, disejajarkan dengan Khadijah al-Kubra, dan dilayakkan memperoleh pasangan yang memiliki jiwa Rasulullah di dalam dirinya.
Yang mau dan mampu menjadi imam. Imam keluarga, imam shalat dan imam masyarakat.
Yang mau dan mampu menjadi teladan. Teladan yang baik. Yang sungguh baik.
Yang mau dan mampu menyelamatkan dirinya sendiri dan keluarganya dari api neraka.
Yang mau dan mampu membuat istri dan anaknya mendekat kepada Allah.
Yang ada sifat Muhammad di dalam pribadinya. Sifat itulah yang kami harapkan. Pribadi itulah yang kami butuhkan. Untuk diri kami, untuk keluarga kami, untuk anak cucu kami…
Pribadi yang shiddiq. Yang jujur. Yang tidak suka berbohong dan tidak mudah dibohongi. Bukan penipu. Bukan yang munafik. Melainkan yang berani mengatakan kebenaran walaupun itu pahit. Yang berani mempertahankan kebenaran sekalipun harus menghadapi tekanan.
Pribadi yang amanah. Yang dapat dipercaya. Yang bersedia menepati janji. Yang bersedia menanggung resiko. Yang bertanggung jawab tanpa dipaksa. Yang mengerti tugas dan haknya. Yang bersedia memberi bukti, bukan hanya janji. Yang bersedia menikahi, bukan memacari.
Pribadi yang tabligh. Yang menyampaikan, menyampaikan apapun, termasuk keuangan keluarga beserta pemasukan dan pengeluarannya. Yang menyampaikan ilmu, mendidik istri dan anaknya menjadi lebih baik. Yang terbuka dan transparan. Yang mengandalkan komunikasi, baik kata-kata maupun sentuhan, untuk keluarganya agar tetap sakinah, mawaddah wa rahmah.
Pribadi yang fathanah. Yang cerdas. Cerdas dalam berpikir. Cerdas dalam bertindak. Cerdas dalam menasehati. Dan cerdas dalam memutuskan sesuatu. Yang cerdas mendengarkan dan cerdas berbicara. Yang cerdas menghadapi diri sendiri dan mengelola emosi. Yang cerdas bekerja dan menghidupi sesama. Yang cerdas mengkader generasi penerusnya. Yang cerdas mempersiapkan anak dan istrinya jika suatu saat nanti kami harus mandiri dan menggantikannya sebagai kepala keluarga.
Jadi, jika ada i’tikad baik untuk mengajak kami mendekat kepada Allah dengan menikah, buktikan! Kami tidak akan menunggu. Kami tidak akan meminta untuk yang kedua kalinya. Datangi wali nikah kami! Pastikanlah kepada orang-orang yang menyayangi kami bahwa kalianlah yang Allah takdirkan untuk menjadi pendamping terbaik untuk kami! Jika tidak, kami mohon dengan sangat, tolong menjauhlah dari kami, jika kalian hanya memberi pengharapan palsu! Sesungguhnya kalian terlalu berharga untuk menyakiti perempuan. Kalian terlalu berharga untuk mempermainkan wanita. Kalian terlalu berharga untuk melampiaskan perasaan sesaat kepada muslimah. Jangan undang kemurkaan Allah karena sikap yang tidak bijaksana seperti itu.
Terima kasih dan mohon maaf bila kalimat kami terlalu menyakitkan. Sekali lagi, kami hanya menyampaikan apa yang kami inginkan dan kami butuhkan: pribadi yang ada jiwa Rasulullah di dalam dirinya.
Wassalamu’alaikum…


Selasa, 21 April 2015

HIGH QUALITY JOMBLO atau HIGH QUALITY MARRIAGE?


Assalaamu'alaikum, pembacaa!!!!
Idiiiih, hari gini, KUA masih pada buka, buku nikah masih tersedia banyak, masih juga pikir-pikir mau nikah apa kagak? Ya elah, Baaaang, Mpoookk!!! Sini deh, sini!
Emangnya kenapa sih, pada betah-betah amat jadi jomblo? Kagak punya pacar? Yeeee, masih musim aja nyari pacar! Sekarang udah bukan zamannya cari pacar, Brooo, Siiiiisss! Sekarang zamannya cari jodoh! Kalau gak percaya, tanya deh sama Wali! Tuh kan!
Atau jomblo karena emang belum nemu jodoh? Aduh, sodara-sodara, masih mau aja nemu jodoh! Emangnya uang receh di jalanan, pake nemu-nemu segala? Jodoh kalau gak dijemput, mana mau dia datang ke yang jomblo?
Atauuuu… emang betah jadi jomblo karena gak punya duit buat nikah? Aduh, kisanaaakk!! Yang penting akadnya, resepsinya kapan-kapan masih bisa! Atau jangan-jangan emang gak pingin nikah ya? Wuiiiiihhh, padahal nikah itu ennnnnnnaaaaaaakkkkkkk loooooh!!! Gak percaya gapapa, kan yang pada jomblo belum pernah ngalamin. Iya kan? Iya kaaaann??? *olwes iming-iming*
Coba deh, kita lihat perbandingannya, yang masih jomblo sama yang belum nikah.
Pertama, dari aktivitasnya. Yang udah nikah, berangkat kerja ada yang nganterin sampe depan rumah, salaman, cium tangan, cium kening, cipika-cipiki. Kalau masih pada kuliah, ada yang nganterin, ada yang jemputin. Boleh meluk pinggang pas dibonceng. Boleh pegangan tangan pas jalan-jalan. Ada yang ngangenin. Ada yang bantuin cuci piring, ada yang nemenin jemur baju, ada yang nemenin mandi. *eh!* Ada yang bikinin sahur dan buka pas puasa, ada yang ngajak shalat jamaah, ngaji Qur’an bareng, duuuuuuhhhh, rumah (walaupun masih ngekos) berasa adeeeeeem gitu! Lha kalau yang jomblo? Yaaaa, inget-inget aja tuh lagu lamanya Caca Handika, “Masak, masak sendiri. Makan, makan, sendiri! Cuci baju sendiri, tidurpun sendiri!” Idiiiiiihhh, ngenes gak sih?
Kedua, dari kesejahteraannya. Coba lihat kanan-kiri yang udah pada nikah! Lihat betul-betul, jangan cuma dilirik aja! Kalau perlu, sekalian diteliti! Gimana kesejahteraan mereka? Semakin makmurkah? Jelas makin makmur, kan menikah itu menambah rezeki. Gak bisa dapet uangnya, dapet istri yang shalihah atau dapet suami yang shalih juga udah jadi rezeki yang lebih baik daripada dunia seisinya. Lebih dari cukup tuh! Coba dilihat lagi gih, gimana kesehatannya? Tambah bugar dan fit kan? Ya iya dong, kan ada yang nemenin ‘fitnes’ di rumah! Ditengok lagi dong, kinerja dan penampilannya? Tambah rapi dan makin fresh kan? Ya jelaslah, kan ada yang bikin semangat dan ngasih perhatian! Sekarang, toleh ke yang masih jomblo? Hmmmmm… *no comment aja deh!*
Ketiga, dari kedewasaannya. Nah, untuk yang satu ini, monggo bangkunya digeser madep ke rumah tangga yang penuh masalah tapi masih gagah berdiri menatap masa depan! *widiiiiihhh, bahasanya sadis!*
Lho, kok penuh masalah? Ogah nikah ah, kalau masalah setelah nikah jadi lebih banyak dibanding sebelum nikah!
Iiiiih, protes mulu! Perhatiin dulu deh! Mereka yang rumah tangganya sering menghadapi masalah, pasti sering juga menghadapi bahagia. Masih inget kan kalau Allah pernah berjanji, “Bersama kesulitan, ada kemudahan”? Nah, janji Allah ini gak Cuma berlaku saat ujian tengah semester aja, tapi juga berlaku di dunia rumah tangga. Emang bahagianya dimana? Lihat tuh, kedewasaan mereka, rasa sayang dan cinta kasih untuk pasangan mereka, perubahan cara berpikir mereka, bahkan aura wajah mereka setelah melewati masalah itu sendiri sudah merupakan kebahagiaan yang terasa luar biasa. Amati wajah-wajah tetangga yang lagi hamil gede, udah mau lahiran, dan siap bersalin (maksudnya melahirkan, bukan ganti baju). Setelah mereka melewati masalah yang disebut “wiladah” alias perjuangan keras bertaruh nyawa buat ngelahirin si dedek bayi, wajah mereka kelihatan jauh lebih dewasa dibanding sebelumnya. Lebih keibuan, lebih bijaksana, juga lebih “bersih” dari sebelumnya. Nah, kebahagiaan semacam inilah yang TIDAK AKAN PERNAH DIRASAKAN oleh mereka yang belum menikah! Masih gak percaya juga? Makanya, buruan nikah dan buktikan sendiri! J
Dan yang lebih penting lagi, yang udah nikah jelas mendapat pahala berlebih dari Tuhannya karena mereka sudah melaksanakan separuh agama, menjaga kehormatan diri sendiri, keluarga dan pasangan, sekaligus membuatNya bangga memiliki hamba yang taat seperti mereka. Orang-orang seperti inilah yang layak mendapatkan ridhaNya dimanapun mereka berada.
Jadi, gimana? Barusan udah pada tengok kanan-kiri, depan-belakang kan? Sekarang, giliran tengok diri sendiri! Masih bangga aja nih jadi high quality jomblo saat yang lainnya udah pada high quality marriage? J
Wassalaamu'alaikum. 

Rabu, 15 April 2015

Doa Cepat Jodoh

Assalaamu'alaikum, sahabaaaattttt!!!! Alhamdulillah, akhirnya Rabu ini kita bisa bahas doa cepet jodoh. eh, doa cepet jodoh apa doa cepet nikah sih? Ah, intinya kalau cepat jodoh, harapannya juga bisa cepat menikah. Gitu kaaaaaan?????? ^_^

Coba kita lihat ada doa apa aja yang nyebar di internet untuk urusan percepatan jodoh ini.

Dalam poin ini ada dua doa yang harus dibaca.
Dibaca oleh calon suami: "Ya Allah, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisiMu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat."
Dibaca oleh calon istri: "Ya Allah, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisiMu, suami yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat."

Doa ini bisa dipahami sebagai permintaan, bisa juga dipahami sebagai paksaan. Tergantung sama siapa yang baca dan dalam kondisi apa. Kalau kondisinya kepepet, harus segera nikah, berarti ini bisa jadi 'paksaan' kepada Allah. Doa ini cukup sederhana: baca istighfar, shalawat, al-Fatihah lalu doa berikut: 
"Ya Allah, jadikanlah dia (sebutkan nama calon pasangan) dikasihi pada hati-hati mereka yang beriman dan gembirakanlah dia (sebutkan nama calon pasangan) dengan kekayaan sehingga seratus dua puluh kebaikan. Allah adalah sebaik-baik pemelihara dan Dia amat mengasihi daripada segala-galanya."

Doa ini lebih terkesan pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah. "Ya Allah, aku memohon kepadaMu dari segala kebaikan, yang cepat maupun yang lambat, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan, yang cepat maupun yang lambat, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui".

Apapun yang kita harapkan untuk jodoh kita, selalu giatkan ikhtiar mencarinya, jangan hanya berdoa saja. Minta restu orang tua, mengunjungi ulama atau orang shalih, introspeksi diri, berpikiran positif kepada Allah, dan tentunya jangan lupa beramal shalih, sedekah gitu. :)

Oke, ada lagi yang mau dibahas? Kalau ada, kasih tau di kolom komentar ya. :)

Selasa, 14 April 2015

Next On: Doa Cepat Dapat Jodoh

Assalaamu'alaikum, pembacaaaa!!!! Kaifa haalukum? Semoga selalu seperti yang diharapkan ya, biar bisa segera ketemu jodohnya.. :)

Kita gak bahas yang berat-berat deh hari ini, cuma mau ngasih "caution" aja buat yang lagi nyari doa jodoh. Maksudnya doa enteng jodoh, biar jodohnya bisa cepet datang gitu. :)

OK, stay tune di sini terus ya. Nantikan postingan selanjutnya tentang doa cepat dapat jodoh! :)
Wassalaamu'alaikum!